Di dalam Islam, pendidikan anak merupakan tugas dan tanggung jawab yang sangat penting bagi keluarga muslim. Hal ini berkaitan dengan kepentingan pribadi, keluarga, negara, dan bahkan kepentingan Islam dan kaum muslimin secara keseluruhan. Seperti apa generasi muslim dan wajah dunia Islam di masa yang akan datang sangat tergantung kepada bagaimana anak-anak muslim dididik di masa sekarang.
Perhatikan hadits nabi SAW berikut ini:
“Apabila mati anak Adam, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendo’akannya.” (HR Muslim).
Sesungguhnya orang yang mendalami hadits ini akan melihat bahwa ketiga amal yang akan tetap memberikan manfaat setelah seseorang mati merupakan buah yang dipetik olehnya dari didikan terhadap anak-anaknya. Orang tua mengajarkan anak-anak tentang Islam, dimana penekanan ajaran Islam adalah taat kepada Allah, salah satu perintah Allah adalah supaya anak berbakti kepada kedua orang tuanya. Bentuk bakti anak sholeh kepada orang tuanya adalah mendo’akannya. Orang tua mengajarkan sholat, puasa, akhlak mulia, dan perbuatan-perbuatan baik lainnnya merupakan ilmu yang bermanfaat baginya. Orang tua mengajarinya sholat dan ia melakukannya. Dan setelah ia menikah ia pun mengajarkan kepada anak-anaknya apa yang telah kita ajarkan kepadanya, maka kita sebagai orang tua akan mendapatkan pahala dengan sholat yang ia dan keluarganya lakukan, sebagaimana ia juga dapat pahala. Begitu pula dengan amal sholeh yang lainnya, dan ini adalah amal jariah.
Hal ini sesuai dengan hadits nabi SAW berikut:
“Barang siapa mengajak kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan ganjaran sebagaimana ganjaran yang diterima oleh orang-orang yang mengikutinya dimana tidak berkurang sedikitpun baginya ganjaran-ganjaran mereka. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada suatu kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang mengikutinya dimana tidak berkurang sedikitpun baginya dosa-dosa mereka.” (HR Muslim)
Fakta bahwa waktu anak yang dihabiskan di sekolah setiap harinya hanya 25% saja, sedangkan sisanya 75% waktunya dihabiskan di rumah, maka pendidikan anak bukanlah tugas yang seluruhnya dapat diserahkan ke sekolah. Orang tua mempunyai porsi yang lebih besar untuk memperkaya wawasan dan membentuk karakter mereka. Lingkungan di dalam rumah mempunyai peranan yang lebih besar dibandingkan di sekolah. Berarti pendidikan di rumah mempunyai posisi yang sangat strategis selain pendidikan di sekolah.
Masa anak-anak dipandang sebagai masa terpenting dalam kehidupan seseorang. Pada masa ini dimulainya pembentukan diri dan pada masa ini seseorang akan menjadi bagaimana setelah itu, apakah akan menjadi anak yang bermental sehat atau sakit. Pada masa anak-anaklah baik pertumbuhan fisik, kecerdasan, maupun karakternya bertumbuh kembang dengan pesat. Bahkan pada usia 0-3 tahun disebut sebagai Golden Age (Masa Keemasan). Setiap anak dilahirkan dengan 10 Milyar neuron (sel saraf di otaknya). Tiga tahun pertama merupakan periode dimana milyaran sel glial terus bertambah untuk memupuk neuron. Sel-sel saraf ini membentuk ribuan sambungan antarneuron yang disebut denrite yang mirip sarang laba-laba, dan axon yang berbentuk memanjang. Yang paling menakjubkan, pada usia 6 tahun volume otak anak kita sudah mencapai 80% dibandingkan volume otak orang dewasa, sehingga ditinjau dari aspek kecerdasan, anak pada usia tersebut sudah dapat menyerap berbagai ilmu, informasi, dan nilai-nilai sebagaimana yang diterima oleh orang dewasa dan akan merekamnya di dalam otak dengan ingatan yang sangat baik. Mereka menyerap apa saja yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan, dan disentuh dari lingkungan mereka. Kemampuan otak mereka untuk memilah atau menyaring pengalaman rasa yang tidak menyenangkan dan berbahaya belum berkembang. Anak pada usia tersebut mempunyai segudang karakter sebagai sarana untuk membentuk dirinya. Pendidikan orang tuanya yang akan menentukan bagaimana karakter-karakter tersebut dapat bertumbuh kembang sehingga membentuk pribadi-pribadi yang baik.
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orangtualah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR Abu Daud)
Berikut adalah karakter-karakter dasar yang dimiliki anak-anak:
- Banyak bergerak dan tidak mau diam.
- Sangat sering meniru
- Suka menentang
- Tidak dapat membedakan antara yang benar dan yang salah
- Banyak bertanya
- Memiliki ingatan yang tajam dan otomatis
- Menyukai dorongan semangat
- Suka bermain dan bergembira
- Suka bersaing
- Berfikir Khayal
- Senang mendapatkan keterampilan
- Perkembangan bahasanya cepat
- Suka membuka dan menyusun kembali
- Berperasaan tajam (takut, marah, cemburu).
Karakter-karakter di atas adalah normal dan sehat, bukan dibuat-buat oleh anak. Tugas orang tua adalah mengarahkan dan mendidik mereka. Curahkan seluruh kemampuan, perhatian, dan kasih sayang untuk masa depan anak-anak kita. Orang tua bagaikan busur, dan anak-anak kita bagaikan anak panah, maka orang tua harus tahu ke arah mana sasaran bidikan diarahkan agar anak panah melesat, jauh, cepat dan tepat mengenai sasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar