Pahlawan Tanpa Harta
Kedua industri tersebut tidaklah terpisah dari tujuannya, tapi pada tabiat pekerjaannya. Proses penciptaan pada dunia ilmu pengetahuan, sepiritual dan intelektual. Harta dan sarana hanya mempunyai peranan yang sederhana dalam proses.
Sebalikna produk kepahlawanan dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan keagamaan, juga tidk dapat mengantar seorang lama menuju kejayaan.
Tapi ini mengandung bahaya, sebab ulama yang dihidupi pemerintah biasanya kehilangan harga diri dan wibawa di depan penguasa. Itu menyulitkan fngsi kontrol terhadap penguasa. Tapi disinilah letak kepahlawanan mereka, kemampan untuk menngeluarkan karya almiah yang hebat ditengah kemiskinan, dan kekuatan untuk mempertahankan harga diri dan wibawa di depan penguasa ditengah kemiskinannya. Mereka mendirikan kerajaan sepiritual dalam dunia material kita, maka merek akan menjadi raja di hati masyarakat, bukan penguasa diatas kepala rakyat.
Mereka adalah orang-orang miskin terhormat. Sebab kemiskinan bagi mereka adalahpilihan hidup, bukan akibat ketidakberdayaan. Kemiskinan adalah resiko profesi yang mereka sadari sejak awal. Dan ketika mereka memilih profesi itu, mereka menanggung semua akibatnya.
Lahir sebagai anak yatim ditengah keluarga miskin, imam syafi’I pada mulanya menuntut ilmu agama untuk menjadi kaya, “aku rasa kecerdasank akan memberi kekaan yang melimpah,” kata baliau. Tapi katanya lagi, “ setelah aku mendapatkan ilmu ini, sadarlah aku bahwa ilmu ini tidak boleh dituntt untuk mendaptkan duni. Ilmu ini hanya akan kita peroleh jika dituntut ia untuk kejayaan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar