Powered By Blogger

Sabtu, 10 April 2010

Pahlawan Tanpa Harta

Pahlawan Tanpa Harta

Ada fakta lain yang harus dicatat hari ini tidak smu a medan kepahlawanan membutuhkan sarana dan harta yang melimpah. Perang, politik, ekonomi, adalah industri duniawi yang membutuhkan daya cipta material yang hebat. Tapi ada sebagian industri yang sebagian besar proses penciptaannya justru lebih bersifat ukhrawi, profesi nabi yang di wariskan kepada para ulama.

Kedua industri tersebut tidaklah terpisah dari tujuannya, tapi pada tabiat pekerjaannya. Proses penciptaan pada dunia ilmu pengetahuan, sepiritual dan intelektual. Harta dan sarana hanya mempunyai peranan yang sederhana dalam proses.

Sebalikna produk kepahlawanan dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan keagamaan, juga tidk dapat mengantar seorang lama menuju kejayaan. Para ulama kata Ibnu Kladun sulit menjadi kaya dengan ilmu agamanya. Sebab hanya berputar dalam titik tertentu dimana kebutuhan sebagian besar manusia ada disitu. Sementara, manusia pada umumnya tidak setiap saat membutuhkan nasehat keagamaan.

Ada lagi faktor yang dsebut Ibnu Kaldun para ulama berada pada posisi moral yang tinggi dan terhormat, yang biasanya akan mereka rusak dengan berbagai macam praktik tidak terhormat, yang biasanya memenuhi dunia bisnis. Maka, kata Ibnu Kaldun,pemerintahlah yang bertugas menjaga kehormatan para ulama, dengan memberi mereka fasilitas duniawi yang cukup untuk menjalankan fungsi sosial mereka.

Tapi ini mengandung bahaya, sebab ulama yang dihidupi pemerintah biasanya kehilangan harga diri dan wibawa di depan penguasa. Itu menyulitkan fngsi kontrol terhadap penguasa. Tapi disinilah letak kepahlawanan mereka, kemampan untuk menngeluarkan karya almiah yang hebat ditengah kemiskinan, dan kekuatan untuk mempertahankan harga diri dan wibawa di depan penguasa ditengah kemiskinannya. Mereka mendirikan kerajaan sepiritual dalam dunia material kita, maka merek akan menjadi raja di hati masyarakat, bukan penguasa diatas kepala rakyat.

Mereka adalah orang-orang miskin terhormat. Sebab kemiskinan bagi mereka adalahpilihan hidup, bukan akibat ketidakberdayaan. Kemiskinan adalah resiko profesi yang mereka sadari sejak awal. Dan ketika mereka memilih profesi itu, mereka menanggung semua akibatnya.

Lahir sebagai anak yatim ditengah keluarga miskin, imam syafi’I pada mulanya menuntut ilmu agama untuk menjadi kaya, “aku rasa kecerdasank akan memberi kekaan yang melimpah,” kata baliau. Tapi katanya lagi, “ setelah aku mendapatkan ilmu ini, sadarlah aku bahwa ilmu ini tidak boleh dituntt untuk mendaptkan duni. Ilmu ini hanya akan kita peroleh jika dituntut ia untuk kejayaan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar