Powered By Blogger

Selasa, 22 November 2011

Tenaga Kerja dalam pandangan Islam

A.        Pengertian tenaga kerja

Tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh anggota badan atau pikiran untuk mendapat imbalan yang pantas.

Tenaga kerja sebagai faktor produksi mempunyai arti yang besar. Karena semua kekayaan alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi oleh manusia dan diolah oleh buruh. Alam telah memberikan kekayaan yang tidak terhitung, tetapi tanpa usaha manusia semua akan tersimpan. Banyak Negara di Asia Timur, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Selatan yang kaya akan sumber alam tapi karena mereka belum mampu menggalinya maka mereka tetap miskin dan terbelakang, oleh karena itu disamping adanya sumber alam juga harus ada rakyat yang bekerja sungguh-sungguh, tekun dan bijaksana agar mampu mengambil sumber alam untuk kepentingannya.

Al Qur’an telah memberi penekanan yang lebih terhadap tenaga manusia. Ini dapat dilihat dari petikan surat An Najm:

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya.(An Najm: 39)

Semakin bersungguh-sungguh dia bekerja semakin banyak harta yang diperolehnya

“Untuk lelaki ada bagian dari usaha yang dikerjakannya dan untuk wanita ada bagian pula dari usaha yang dikerjakannya. (An Nisa’:32)

Siapa yang bekerja keras akan mendapat ganjaranmasing-masing yang sewajarnya. Prinsip tersebut belaku bagi individu dan juga Negara. Al Qur’an menunjukkan prinsip asas tersebutdalam surat Al Anfaal:

“Demikian itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan terhadap suatu kaum hingga kaumitu merubah apa yng ada pada mereka sendiri dan sesungguhnyaAllah Maha Mendengar LagiM aha Mengetahui”. Al Anfaal:53)

Tidak ada kehidupan yang penuh dengan “kebahagiaan dan karunia” tanpa kerja keras. Manusia hendaknya  bersungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan yang gembira dan bahagia:

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Al Insyirah:6)

Ayat tersebut menyatakan sutu hukum alam yang meyakini suatu kesukaran itu disusul dengan kebahagiaan dan kemudahan.

B.        Manusia diciptakan untuk bekerja

Al Qur’an memberi penekanan utama terhadap pekerjaan dan menerangkan dengan jelas bahwa manusia diciptakan di bumi ini untuk bekerja keras untuk mencari penghidupan masing-masing:

“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia padahal dia dalam kesusahan. (Al Balad:4)

Kabad berarti kesusahan, kesukaran, perjuangan dan kesulitan akibat bekerja keras. Ini merupakan suatu cobaan bagi manusia yakni dia telah diatkdirkan berada dalam kedudukan tertinggi tetapi kemajuan tersebut dapat dicapai melalui ketekunan dan bekerja keras. Oleh karena manusia diwajibkan berjuang gdan bersusah payah untuk mencapai kejayaan di dunia ini, dia dijadikan kuat dari segi fisik untuk menanggulangi kesulitan hidup:

“Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian mereka, apabila Kami menghendaki Kami sungguhg-sungguh mengganti mereka dengan orang-orang yang serupa dengan mereka. (Al Insan:28)

Manusia diberi kekuatan dan ketabahan untuk menahan semua kesulitan akibat bekerja keras dalam perjuangan untuk mencapai kemenangan dan kejayaan.

Hadits Rasullulah s.a.w juga menekankan kepentingan buruh menurut keadaan yang berbeda dan senantiasa memuji usaha-usaha golongan buruh menurut keadaan yang berbeda dan senantiasa memuji usaha-usaha golongan buruh dan pekerja yang ahli dalam pekerjaan mereka.

Rasulullah s.a.w mengingatkan:

“Allah mengasihi mereka yang berusaha dan bekerja untuk kehidupan mereka”. (HR. Ibnu Majah)

Pada hakekatnya, seorang yang bekerja untuk hidupnya senantiasa menharapkan keridhaan Allah dalam pekerjaanya sebagai contoh ibu Nabi Musa yang menerima upah karena menyusukan anaknya sendiri. Walaupun orang tersebur bekerja untuk diri dan keluarganya tapi disebabkan di bekerja dengan bekerja dengan jujur untuk mendapatkan rahmat Allah.

Hampir semua Rasul terpaksa bekerja untuk kehidupan mereka, sedangkan Rasullulah s.a.w sendiri bekerja keras seperti orang lain juga. Beliau mengembala kambing dan menasihati orang lain supaya menjalankan pekerjaan tersebut untuk mendapatkan penghidupan mereka dan ini merupakan suatu bukti yang jelas tentang kepentingan buruh dalam Islam:

“Tidak ada seorangpun yang dapat mencapai kehidupan yang lebih baik melainkan seseorang tersebut berusaha berusaha dengan tangannya sendiri (bekerja) dan nabi Daud memakan hasil dari usaha tangannya sendiri”.(HR. Bukhari)[1]

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: “Jika seseorang dari kamu mengambil seutas tali dan membawa pulang seikat kayu bakar diatas pundaknya dan menjualnya itu lebih baik baginya dari pada meminta-minta kepada orang lain”.

 Rasulullah s.a.w senantiasa menyuruh umatnya bekerja dan tidak menyukai manusia yang bergantung kepada kelebihan saja. Diceritakan pernah terjadi seorang Anshar meminta kepada Rasulullah s.a.w sedikit bantuan amal. Beliau bertanya kepadanya apa dia mempunyai harta benda. Dia mengatakan bahwa dia hanya mempunyai sehelai selimut untuk menutupi badannya dan cawat untuk minum. Rasulullah meminta dibawakan barang tersebut. Setelah dibawakan barang tersebut, beliau mengambilnya dan melelang kepada orang ramai. Orang lain menawar dua dirham dan membeli barang tadi. Rasulullah s. a. w menyerahkan dua dirham tadi kepada orang tersebut dan menasihatinya supaya membeli sebilah kapak dengan harga satu dirham dan juga berkata, “pergi ke hutan dan potonglah kayu dan jangan menemuiku dalam 15 hari”. Setelah 2 minggu, kembali beliau bertanya tentang keadaannya. Dia memberi tahu bahwa dia memperoleh 12 dirham disepanjang waktu tersebutdan telah membeli beberapa helai pakaian. Rasulullah s.a.w mengingatkan, “ini lebih baik dari meminta-minta dan mendapat keaiban dihari kiamat kelak”.

Hadits tersebut menunjukkan bahwa masa Rasulullah s. a. w dan para sahabat beliau amat menyadari kepentingan tenaga buruh dan bagaimana mereka amat mencintai pencarian penghidupan dengan bekerja keras.

  1. Bekerja mencukupi kebutuhan sendiri

Seorang  muslim secara syar’i sangat dituntut untuk bekerja karena banyak alas an dan sebab. Ia wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Seorang muslim wajib memiliki kekuatan, merasa cukup dengan yang halal, menjaga dirinya dari kehinaan meminta-minta, menjaga air mukanya agar tetap jernih, dan membersihkan tangannya agar tidak menjadi tangan yang dibawah.

Dalam sebuah hadits:

“Sungguh seseorang yang berangkat ke gunung, membawa tambangnya, lalu memikul seonggok kayu baker di atas punggungnya lalu, lalu di jualnya yang dengannya Allah menjaga wajahnya, adalah jauh lebih baik baginya daripada meminta-minta pada orang lain, mereka memberi atau menolaknya” Bekerja untuk kepentingan keluarga

Dari ka’ab bin ’Ajrah, ia berkata, “Rasulullah s.a.w melaknati seseorang lelaki, lalu beliau melihat kulit tangannya keras dan aktifitasnya. Para sahabat berkata, “Wahai Rasul, jika hal ini digunakan di Sabilillah?” Bersabda Rasul: “Jika ia keluar bekerja untuk anaknya yang masih kecil, maka termasuk Sabilillah. Jika ia keluar untuk bekerja untuk kepentingan kedua orang tuanya yang sudah renta, maka termasuk Sabilillah. Jika ia keluar karena riya dan sombong, maka termasuk jalan syaithan.

  1. Bekerja untuk masyarakat

Jika seseorang tidak membutuhkan bekerja untuk dirinya maupun keluarganya karena tingkat kesejahteraan hidupnya yang baik, maka hendaknya ia mau bekerja untuk kepentingan masyarakat dimana ia hidup(“…..Saling tolong menolonglah kamu sekalian atas dasar kebaikan dan takwa…..” Al Maidah:2).

Seseorang melewati Abu Darda, seorang sahabat yang dikenal sangaat zuhud, yang sedang menanam sebatang pohon, padahal ia sudah tua renta. Orang tadi bertanya kepada Abu Darda: “Apakah anda menanam pohon ini padahal Anda orang yang sudah tua renta, dan pohon ini tidak akan berbuah, kecuali setelah sekian tahun?” Abu Darda menjawab, “Aku pasti akan mendapatkan pahalanya, meskipun orang lain yang memakannya”.

  1. Bekerja untuk memakmurkan bumi

Bekerja juga dituntut ajaran Islam untuk memakmurkan bumi. Bahkan ia merupakan salah satu tujuan utama syari’ah Islam yang ditegakkan al-Qur’an, dan diserukan oleh para ulama agama ini.

Diantara mereka adalah Imam Raghib Al Ashafani yang menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia karena tiga alasan.

    • Memakmurkan bumi: “…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya…”.(Huud: 61)
    • Ibadah kepada Nya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali agar supaya mereka menyembahKu”.(Adz Zariyat: 56)
    • Menjadi khalifahNya: “….dan Allah menjadikan khalifah kepada kamu sekalian, maka Allah akan melihat perbuatan kamu sekalian”.(Al A’raaf: 129)

e.   Bekerja untuk pekerjaan itu sendiri

      Suatu hal yang sangat mengagumkan dalam Islam adalah adanya perintah bekerja kepada setiap muslim, sekalipun dia sendiri, keluarganya atau masyarakatnya tidak bias menikmati hasilnya bahkan MahlukNya. Nabi s.a.w bersabda:

“Jika hari kiamat datang dan pada tangan seseorang diantara kamu terdapat sebuah bibit tanaman, jika ia mampu menanamnya sebelum datangnya kiamat itu, maka hendaklah ia menanamnya”.

Kera adalah sebuah symbol dari konstribusi seorang muslim yang tidak kenal berhenti. Muslim harus selalu produktif dan memberikan sesuatu dalam hidup ini hingga akhir hayatnya. Tidak satu pun agama, mazhab dan system lain yang memuliakan amal usaha lebih besar seperti agama Islam ini.

C.        Tenaga Kerja Kasar

Al Qur’an tidak berhenti membahas pekerjaan sebagai  tenaga kerja kasar /buruh kasar dalam kisah kisah Rasul.

Nabi daud dianggap sebagai “tukang yang mahir”, dalam Al Qur’an telah diajarkan cara-cara membuat baju besi adan alat perang melalui firman Allah sebagai berikut:

“Dan kami telah melunakkan besi untuknya, buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya dan kerjakanlah amalan yang saleh”.(As Saba’: 10-11)

Besi dikenakan untuk Nabi Daud menunjukkan kegunaan besi yang luas oleh manusia dsalam perang dan tujuan lain pada masa tersebut dan begitu pula dengan kegunaan baju besi.

Nabi Nuh diperintahkan supaya membuat bahtera dalam surat Huud:

“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu: sesumgguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Lalu Nuh membuat perahu”.(Huud :37-38)

D.        Tenaga Kerja Terdidik

Terdapat juga keterangan tentang tenaga ahli dalam kitab suci Al Qur’an. Sebagai contoh adalah kisah Nabi Yusuf dengan raja mesir:

“Dan raja berkata:”Bawalah yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku”. Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata : “Sesungguhnya kamu mulai hari ini menjadi seseorany yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami”. Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan Negara. Sesungguhnya aku adalah orang yang paling pandai menjaga lagi berpengetahuan”. Dan demikianlah kami memberikan kedudukan kepada yusuf di negeri Mesir. Kami melimpahkan rahmat kepada siapa saja yang Kami kehendaki dan kami tidak menyianyiakan pahala orang yang berbuat baik”.(Yusuf 54-56)

Selain Nabi Yusuf menjadi penasihat raja yang sangat dipercayai dan berkuasa disebabkan keahlian dan kesungguhannya bekerja.

E.        Kriteria Pemilihan Tenaga Kerja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar